Selasa, 07 Januari 2025
Kamis, 07 November 2024
GRAND OPENING PPDB TP. 2024/2025
Selasa, 23 April 2024
Minggu, 18 Februari 2024
Koran digital
Rabu, 01 November 2023
PONDOK PESANTREN
Kamis, 05 Januari 2023
Pejuang Aswaja dari Betawi
KH Abdurrahman Nawi , Pejuang Aswaja dari Betawi
Bagi Abdurrahman, kedua orang tuanya merupakan figur terpenting, karena telah mendidiknya untuk taat beragama dan cinta kepada ulama. Sanad Keilmuan Sejak kecil, Abdurrahman sudah gemar mengaji dengan hadir di tempat-tempat taklim sekitar rumahnya. Mula-mula, ia belajar membaca Al-Quran, dasar-dasar aqidah, dan praktik ibadah kepada Muallim Ghazali dan Muallim Syarbini.
Memasuki usia remaja, Abdurrahman melanjutkan pengembaraan ilmunya kepada banyak kiai dan habib. Di Bukit Duri, ia belajar kepada KH Muhammad Yunus (Muallim Yunus), KH Basri Hamdani, KH Muhammad Ramli, dan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Di antara guru-gurunya yang lain: KH Muhammad Zain bin Said, Kebon Kelapa, Tebet; KH M. Arsyad bin Musthofa, Gg. Pedati, Jatinegara; KH Mahmud, Pancoran; KH Musannif, Menteng Atas; KH Ahmad Djunaedi, Pedurenan; KH Abdullah Husein, Kebon Baru, Tebet; KH Abdullah Syafi’i, Bali Matraman; Habib Husein al-Haddad dan KH Abdurrahman Tua, Kampung Melayu.
Tidak puas dengan ilmu yang dimilikinya, ia pun melanjutkan mengaji kepada: KH Hasbiallah, Klender; KH Muallim, Cipete; KH Khalid, Pulo Gadung; Habib Ali Jamalullail dan Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi, Kwitang; Habib Abdullah bin Salim al-Attas, Kebon Nanas; Habib Muhammad bin Ahmad al-Haddad, Kramat Jati; Habib Ali bin Husein al-Attas, Condet; Habib Salim bin Jindan; Habib Abdullah bin Muhsin al-Attas, Empang Bogor; KH Ahmad Marzuki bin Mirshod (Guru Marzuki), Muara; Ustaz Abdullah Arifin, Pekojan; dan KH Ali Yafie.
Menginjak usia sekitar 18 tahun, Abdurrahman menikah dengan Hasanah binti H. Hasbi. Meskipun menikah di usia muda, tidak meluluhkan semangatnya untuk terus mengaji. Demi mengurus kebutuhan nafkah, ia kemudian berdagang, sehingga hal tersebut menjadi rutinitas kehidupannya kala itu, yakni mengaji dan berdagang.
Selama kurang lebih 25 tahun, ia habiskan waktu untuk mengembara ilmu kepada guru-guru yang ada di tanah Betawi. Meski hanya mengandalkan pendidikan non formal dengan sistem ngaji kalong yakni pengajian pulang pergi, tanpa pesantren, namun berkat ketekunannya, Abdurrahman Nawi sudah memiliki hasil yang bisa dikatakan melebihi seorang santri yang belajar di pesantren. Suatu ketika, di hadapan ulama besar Kiai Abdurrahman Tua, Kampung Melayu, Abdurrahman Nawi mengikuti semacam ujian terbuka diikuti oleh sekitar 30-an peserta dari beberapa kampung di Jakarta dan sekitarnya. Kiai memanggil satu persatu peserta, kemudian dibukakan kitab tertentu dan disuruhnya membaca. Setelah itu dibukakan lagi kitab yang lain dan disuruhnya membaca, sampai beberapa kali. Setelah selesai, Kiai Abdurrahman Tua mengumumkan, hanya ada dua peserta yang dinyatakan lulus, yaitu Abdurrahman Nawi, Tebet, dan Turmudzi, Bukit Duri. Dari sini Abdurrahman Nawi merasa memperoleh pengakuan atas penguasaan ilmu yang ia pelajari.
KH Abdurrahman Nawi memulai dakwahnya pada tahun 1962, dengan membuka pengajian di rumahnya, Jalan Tebet Barat VI H. Pengajian ini diberi nama As-Salafiah dengan harapan para jamaah dapat mengikuti jejak salafus salih (orang-orang terdahulu yang salih). Pengajian atau majlis taklim yang telah dibuka kian terus berkembang hingga pada tahun 1976, ia telah mampu membuka cabang-cabangnya di berbagai tempat, baik itu di musala atau di masjid yang mendapat dukungan dari kalangan masyarakat luas, ulama, dan umum.
Kedekatan KH Abdurrahman Nawi dan Habib Munzir Pada tahun 1976, KH Abdurrahman Nawi mengajak jamaah majlis taklim dan kenalan dekatnya untuk membangun gedung sekolah permanen dua tingkat di atas tanah milik pribadinya yang berlokasi di Jalan Tebet Barat VI H, Jakarta Selatan dengan luas tanah seluas 300 meter persegi ditambah dengan kavling mushala yang merupakan wakaf dari almarhum orang tuanya. Akhirnya pada tahun 1979, tepatnya pada hari minggu diresmikanlah bangunan itu oleh KH Idham Chalid. Peresmian tersebut sekaligus dengan peresmian pergantian nama dari As-Salafiah menjadi Al-Awwabin. Dikarenakan kapasitas gedung tidak memadai santri yang melimpah, akhirnya KH Abdurrahman Nawi berinisiatif mencari lokasi lain untuk membangun pondok pesantren dengan tanah yang cukup luas.
Singkat cerita, pada pertengahan tahun 1982/83 dimulai peletakan batu pertama pembangunan pondok pesantren Al-Awwabin yang berlokasi di Pancoran Mas, Depok. Berselang tahun kemudian, pada 1989, pesantren putri Al-Awwabin cabang II yang berlokasi di Desa Perigi Bedahan, Depok, mulai dibangun. Sejak saat itu, kepiawaian dakwah KH Abdurrahman Nawi semakin disegani oleh masyarakat Depok. Kiai yang akrab dipanggil Abuya ini terkenal memiliki kedalaman ilmu di bidang gramatika Arab, khususnya ilmu Nahwu. Dikarenakan, setiap kali pengajian yang dipimpin olehnya, tidak pernah sunyi dari diskusi seputar nahwu. Bahkan, ia pernah dijuluki sebagai Syibawaih fi Zamanih atau Imam Syibawaih di masanya. Menurut salah seorang muridnya yang bernama KH Ubaidillah Hamdan, ketika KH Abdurrahman Nawi datang mengajar di Masjid As-Syafi’iyah, di antara ulama yang ikut mengaji pernah memanggilnya dengan sebutan “ja’a Syibawaih,” telah datang Syibawaih, sehingga hal tersebut menunjukkan ekspresi kekaguman jamaah terhadap dirinya.
Karya dan Kiprah di NU Di bidang dakwah dan organisasi, KH Abdurrahman Nawi banyak mengasuh beberapa majelis taklim di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pada 1971-1978, ia pernah menjabat sebagai kordinator dakwah majelis taklim pusat umat Islam Attahiriyah. Pada 1982-2010, ia kerap mengisi taklim Angkasa di Radio As-Syafi’iyah. Selain itu, sejak tahun 1984, ia sudah menjadi salah satu khatib di masjid Baiturrahim Istana Negara. Pada tahun 2000-an, ia pernah membentuk organisasi bernama Persatuan Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah Asatidz dan Da’i Islam Indonesia (PUAADI) bersama Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, Habib Husein bin Ali al-Attas, dan KH Zainuddin MZ. Khusus di NU, sejak tahun 1989, KH Abdurrahman Nawi menjadi guru tetap pada pengajian bulanan di PBNU, Jl. Kramat Raya Jakarta. Ia juga mengikuti Muktamar NU di Surabaya [1971] dan di Semarang [1979]. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) PBNU No. 208/A.II. 04. d/XI/1992 yang dikeluarkan PBNU pada 11 Jumadil Awal 1413 H bertepatan dengan 6 November 1992, ia ditetapkan sebagai Wakil Rais Syuriyah PWNU DKI Jakarta tahun 1992-1996.
Bahkan pada kerusuhan Mei 1998, ia bersama KH Ali Yafie dan tokoh NU lainnya menghadiri Istana Negara sebagai salah satu tokoh yang menghendaki agar Presiden Soeharto mundur dari jabatan kepresidenan. Tercatat ada 12 buah kitab yang telah ditulis KH Abdurrahman Nawi dan diterbitkan dalam bahasa Arab Pegon/Melayu, yaitu Ilmu Nahwu Melayu, tentang ilmu nahwu; Sullam al-Ibad, tentang aqidah (tauhid); Tujuh Kaifiyat, tuntunan shalat-shalat sunnah; Tiga Kaifiyat, tuntunan shalat khusuf dan lain-lain; Mutiara Ramadhan, tuntunan puasa dan ibadah Ramadhan; Pedoman Ziarah Kubur; Fadhilah Puasa Haji dan Ahkam al-Udhiyah, tentang pedoman penyembelihan qurban; Pelajaran Ilmu Tajwid; Risalah Tahajjud, tuntunan shalat tahajud; Misykah al-Anwar fi Haflati an-Nabi al-Mukhtar, tentang dalil kebolehan maulid; Al-Qaul al-Hatsis, terjemah Tanqih al-Qaul; dan Manasik al-Haj wa al-Umrah, tentang pedoman manasik haji.
KH Abdurrahman Nawi wafat pada hari Senin, 21 Rabiul Awwal 1441 H atau 18 November 2021 M di Pondok Pesantren Al-Awwabin, Pancoran Mas, Depok, selepas mendapati rawat inap di Rumah Sakit Bhakti Yudha, Depok. Pada saat itu, Abuya Nawi yang sudah dalam kondisi kritis, meminta anak-anaknya untuk segera membawa dirinya pulang. Tidak lama setelah sampai di pesantren tercinta, Abuya mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 13.35 WIB disaksikan oleh keluarga serta para murid. Keesokan harinya, ia dimakamkan di Pesantren Al-Awwabin Putri, Perigi Bedahan, Depok.
Kontributor NU Online : Ahmad Rifaldi Editor: Mahbib Khoiron
Sumber: https://www.nu.or.id/tokoh/kh-abdurrahman-nawi-pejuang-aswaja-dari-betawi-UKZ4B
Selasa, 27 September 2022
LAUNCHING PPDB TAHUN 2023 / 2024
Senin, 28 Maret 2022
Tausiyah Ramadhan
Jangan Sia-siakan Puasa Anda
Alhamdulillah shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Saudaraku! mungkin anda pernah merasakan betapa panasnya ketika kaki anda menginjak puntung rokok! Kaki anda melepuh bukan? Atau mungkin anda pernah merasakan panasnya api dunia, sehingga sebagian dari tubuh anda mengalami luka bakar! Coba kembali anda mengingat-ingat perasaan anda kala itu. Pedih, panas dan duka menyelimuti hati anda, bukan?
Tahukah anda, bahwa panas api yang pernah anda rasakan itu terlalu kecil dan ringan bila dibanding api neraka.
َูุงุฑُُูู ْ َูุฐِِู ุงَّูุชِู ُِูููุฏُ ุงุจُْู ุขุฏَู َ ุฌُุฒْุกٌ ู ِْู ุณَุจْุนَِูู ุฌُุฒْุกًุง ู ِْู ุญَุฑِّ ุฌَََّููู َ. َูุงُููุง: َูุงَِّููู ุฅِْู َูุงَูุชْ ََููุงَِููุฉً َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู. َูุงَู: َูุฅََِّููุง ُูุถَِّูุชْ ุนَََْูููุง ุจِุชِุณْุนَุฉٍ َูุณِุชَِّูู ุฌُุฒْุกًุง َُُّูููุง ู ِุซُْู ุญَุฑَِّูุง . ู ุชูู ุนููู
“Api kalian ini yang biasa digunakan oleh manusia untuk membakar hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian (1/70) panasnya neraka Jahannam.” Spontan para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, sungguh demi Allah, api kita ini sudah cukup untuk menyiksa para pelaku kemaksiatan, (mengapa harus dilipat gandakan)?” Beliau menjawab: “(tidak) sesungguhnya panasnya api neraka lebih panas dibanding panas api di dunia ini sebanyak enam puluh sembilah kali.” (Muttafaqun ‘alaih)
Coba ingat kembali panas api yang pernah membakar kulit anda. Selanjutnya bayangkan, panas yang telah teringat kembali di benak anda itu ternyata dilipat gandakan sebanyak 70 kali, kira-kira rasanya seperti apa?
Menurut hemat anda, akan menjadi apa kulit dan tubuh anda bila terbakar dengan api yang begitu panasnya? Bagaimana rasanya kulit anda bila terkena sengatan api yang panasnya telah dilipatgandakan sebanyak 70 kali lipat?
Coba anda kembali membayangkan, andai sekujur tubuh anda terbakar dengan api yang panasnya berlipat ganda tersebut? Mungkinkah anda mampu bertahan hidup setelah sekujur tubuh anda mengalami luka bakar tersebut?
Anda penasaran ingin mengetahui apa yang akan terjadi pada kulit dan diri anda bila sampai merasakannya?
ุฅَِّู ุงَّูุฐَِูู ََููุฑُูุงْ ุจِุขَูุงุชَِูุง ุณََْูู ُูุตِِْูููู ْ َูุงุฑًุง َُّููู َุง َูุถِุฌَุชْ ุฌُُููุฏُُูู ْ ุจَุฏََّْููุงُูู ْ ุฌُُููุฏًุง ุบَْูุฑََูุง َِููุฐُُูููุงْ ุงْูุนَุฐَุงุจَ ุฅَِّู ุงَّููู َูุงَู ุนَุฒِูุฒًุง ุญَِููู ًุง. ุงููุณุงุก 56
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An Nisa’: 56)
Anda tidak kuasa menahannya? Anda tidak ingin api itu menimpa tubuh anda? Anda bercita-cita untuk tidak turut mencicipi api yang demikian panas?
Sekarang ini adalah saatnya anda mewujudkan cita-cita itu. Bebaskan diri anda dari sengatan api neraka yang luar biasa panasnya.
Anda menjadi penasaran ingin tahu bagaimana caranya membebaskan diri anda dari sengatan api neraka? Mudah saudaraku!
Jagalah puasa anda dari segala hal yang dapat merusak atau mengurangi pahalanya. Dengannya, anda termasuk salah satu dari orang-orang yang dimaksudkan dari hadits ini:
ู َْู ุตَุงู َ َْููู ًุง ِูู ุณَุจِِูู ุงَِّููู ุจَุนَّุฏَ ุงَُّููู َูุฌَُْูู ุนَِู ุงَّููุงุฑِ ุณَุจْุนَِูู ุฎَุฑًِููุง. ู ุชูู ุนููู
“Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan dirinya dari api neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! Betapa besar penyesalan yang anda alami bila semasa hidup di dunia senantiasa berpuasa, menahan lapar, haus, dan lelah, akan tetapi puasa anda tidak diterima Allah. Akibatnya, andapun tidak terjauhkan dari api neraka.
Apa penyebabnya? Temukanlah jawabannya pada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:
ู َْู َูู ْ َูุฏَุนْ ََْููู ุงูุฒُّูุฑِ َูุงْูุนَู ََู ุจِِู ََْูููุณَ َِِّููู ุญَุงุฌَุฉٌ ِูู ุฃَْู َูุฏَุนَ ุทَุนَุงู َُู َูุดَุฑَุงุจَُู. ุฑูุงู ุงูุจุฎุงุฑู
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, niscaya Allah tidak akan menerima amalannya (yanga hanya berupa) meninggalkan makanan dan minuman semata.” (Riwayat Bukhari)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ุงูุตَِّูุงู ُ ุฌَُّูุฉٌ ، َููุงَ َูุฑُْูุซْ َููุงَ َูุฌَْْูู ، َูุฅِِู ุงู ْุฑُุคٌ َูุงุชََُูู ุฃَْู ุดَุงุชَู َُู ََُْْููููู ุฅِِّูู ุตَุงุฆِู ٌ ، ู َุฑَّุชَِْูู. ุฑูุงู ุงูุจุฎุงุฑู
“Puasa adalah perisai, maka orang yang sedang berpuasa hendaknya tidak berkata-kata keji dan berperilaku layaknya orang-orang bodoh (semisal berteriak-teriak -pen). Dan bila ada seseorang yang memerangi atau mencacinya, hendaknya ia membela diri dengan berkata: “Sesungguhnya aku sedang berpuasa, 2 kali.” (Riwayat Bukhari)
ََููุงَู ุงِุจْู ุงْูุนَุฑَุจِّู : ุฅَِّูู َุง َูุงَู ุงูุตَّْูู ุฌَُّูุฉ ู ِْู ุงَّููุงุฑ ِูุฃََُّูู ุฅِู ْุณَุงู ุนَْู ุงูุดَََّููุงุช ، َูุงَّููุงุฑ ู َุญَُْูููุฉ ุจِุงูุดَََّููุงุชِ . َูุงْูุญَุงุตِู ุฃََُّูู ุฅِุฐَุง َّูู َْููุณู ุนَْู ุงูุดَََّููุงุช ِูู ุงูุฏَُّْููุง َูุงَู ุฐََِูู ุณَุงุชِุฑًุง َُูู ู ِْู ุงَّููุงุฑ ِูู ุงْูุขุฎِุฑَุฉ
Ibnul Araby Al Maliky berkata: “Sesungguhnya puasa itu berperan sebagai perisai dari siksa api neraka, karena hakikat puasa ialah menahan diri dari seruan syahwat. Sedangkan neraka diselimuti oleh seruan-seruan syahwat. Dengan demikian bila anda berhasil menahan diri dari godaan syahwat anda semasa di dunia, maka amalan anda ini akan menjadi tabir pelindung bagi diri anda dari sengatan siksa api neraka di akhirat.” (Fathul Bari oleh Ibnu hajar Al Asqalaani 4/104)
Dikutip dari pengusahamuslim.com
Rabu, 11 September 2019
Pondok Pesantren melaksanakan Shalat Ghaib Untuk BJ Habibie
PBNU Intruksikan Pondok Pesantren Gelar
Shalat Ghaib Untuk BJ Habibie
Minggu, 08 September 2019
Dua Santri Assa’adah Juara II Dan III MQK Yang Diadakan MUI Kota Depok
Dua Santri Assa’adah Juara I Dan II MQK Yang Diadakan MUI Kota Depok
Festival tahunan yang diadakan oleh MUI kota Depok, Sabtu, 7 September 2019 lalu menggelar tiga jenis mata lomba yang diantaranya adalah MQK (Musabaqah Qiraatil Kutub). MQK, berdasarkan data dari panitia, diikuti oleh 70 lebih peserta dari beberapa pesantren di seluruh Depok. Dari 70 lebih pesereta itu, ditetapkan 4 orang sebagai finalis. Alhamdulillah dua diantaranya diraih oleh dua santri Assa’adah. Kedua nya adalah Husna Sakinah sebagai juara 2 dengan total nilai 390 dan Ahmad Hazami sebagai juara 3 dengan total nilai 380. Keduanya adalah santri kelas XI Madrasah Aliyah.
Pertarungan memberebutkan juara dalam final, yang disaksikan oleh seluruh peserta lomba lainnya, berlangsung ketat. Pertanyaan-pertanyaan Dewan juri yang terlihat “sadis” dijawab dengan santai dan bersahutan. Apalagi kedua finalis lainnya yang keluar sebagai juara 1 dan juara harapan satu, juga bukan lawan yang mudah karena masing-masing finalis adalah peserta gemblengan dibidang kitab yang menjadi perwakilan dari masing-masing pesantren.
Poin penilaian yang menjadi ukuran dewan Juri adalah Nahwu, Shorof serta penguasaan makna tekstual dan kontekstual. Dalam penilaian ini peserta dituntut untuk mengerti tarkib-tarkib bacaan beserta dalil-dalilnya, menguasai penguasaan lafadz dari segi sighat, bina dan tashrifnya serta memahami makna dan pengembangan teks serta kontekstualisasinya di zaman kekinian. Banyak pertanyaan-pertanyaan Dewan juri yang bersifat menjebak bisa dijawab dengan mudah. Materi yang menjadi bahan maqro (materi MQK) adalah kitab Syarh Fathal Qorib karya Syaikh Ibn Qasim Al Ghazi dari bab Thaharah sampai bab Zakat.
Ustadz Triyono, selaku Kepala Sekolah merasa bangga sekali dengan hasil yang diraih anak-anak didiknya, “Semua Guru sangat bangga kepada mereka, Harapan kami, semoga prestasi ini terus ditingkatkan dan menjadi motivasi untuk yang lain juga”.